Pentingnya Pangan Analog Bagi Masyarakat !!!
Beras merupakan bahan pangan primer atau
pokok yang di konsumsi hampir setiap hari atau bahkan setiap hari oleh
masyarakat Indonesia. Beras adalah sebuah biji padi yang telah dipisahkan dari sekam
atau kulitnya. Untuk memisahkan beras dari kulitnya tentu memerlukan alat untuk
itu, yaitu dengan menggunakan penggilingan padi. Baik
penggilingan padi yang menetap atau penggilingan padi yang berjalan. Tentu saja
beras tidak bisa langsung dimakan setelah digiling, perlu memerlukan tahapan
lebih lanjut untuk bisa dimakan. Yang biasanya pada tahap akhir di sebut nasi.
Barulah kita dapat mengkonsumsi beras.
Beras menjadi pangan pokok yang harus
ada setiap hari bagi sebagian masyarakat Indonesia. Bahkan bayak di kalangan
masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa beras itu adalah Food Habit
sehingga masyarakat berpendapat bahwa belum disebut makan kalau belum makan
nasi. Pangan Analog adalah Pangan alternatif yang dihasilkan dari karya
masyarakat sebagai pengganti pangan yang berfungsi hampir sama seperti pangan
yang digantikan.
Semakin hari seiring berkembangnya zaman
di Indonesia membuat lahan persawahan di Indonesia semakin berkurang. Semakin
sulit untuk menemui persawahan di daerah Ibukota atau bahkan kota-kota besar di
Indonesia. Lahan persawahan yang telah berubah menjadi gedung-gedung
bertingkat. Kawasan perumahan elit, pusat perbelanjaan atau bahkan menjadi
kawasan perumahan kumuh.
Indonesia juga mmenjadi negara
pengimport beras tertinggi di dunia dengan rata-rata konsumsi beras sebesar
139,5 kg/tahun/kapita melebihi rata-rata konsumsi beras dunia yang hanya 60
kg/tahun/kapita.
Maka dari itu untuk menghindari
kekurangan pangan dimasa yang akan datang banyak kalangan-kalangan yang
menggalakan untuk menemukan alternatifpangan yang bisa dikonsumsi sebagai
pengganti beras yang mana makanan itu wujudnya hampir sama dengan beras.
Alternatif pangan di buat juga untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras
masyarakat Indonesia. Contohnya saja program pemerintah Program Diversifikasi
Pangan.
Diversifikasi merupakan program dunia
yang digalakan pada tahun 2010 untuk kemandirian pangan untuk menuntaskan
permasalahan kekurangan pangan. Diversifikasi pangan juga untuk meningkatkan
potensi pangan sumberdaya lokal. Program ini tentu sedikit sulit untuk
dikembangkan karena kekuatan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap
konsumsi beras yang sangat kuat. Sehingga sulit bagi masyarakat untuk lepas
dari beras dan beralih ke sumber karbohidrat lainnya.
Dengan adanya program-program diatas
memunculkan istilah “Beras Analog” yang berarti mempunyai arti beras yang
dibuat hampir mirip atau mendekati bentuk beras asli, sehingga masyarakat yang
mengkonsumsi beras analog tersebut merasa mengkonsumsi beras biasa.
Beras analog adalah beras yang terbuat
dari pangan lokal atau pangan berkarbohidrat lainnya. Contohnya umbi-umbian,
jagung, dan singkong.
Beras analog selain aman untuk
dikonsumsi juga harus enak dan harganya juga terjangkau bagi seluruh kalangan
masyarakat. Saat ini banyak pangan analog yang mungkin tidak terjangkau bagi
seluruh kalangan masyarakat sehingga masyarakat tidak mengenal pangan-pangan
analog yang dihasilkan dari masyarakat sekitar orang tersebut tinggal. Dan juga
terkadang pangan analog tidak di ketahui banyak orang karena pemasaran yang
kurang dan tidak banyaknya dukungan untuk memasarkannya. Selain itu juga pangan
analog dirasa tidak ada manfaatnya. Padahal dengan banyaknya produk-produk
makanan desa yang di hasilkan petani yang terkadang hanya bisa dimakan dengan cara
derebus atau digoreng saja. Tapi kita bisa membuat variasi makanan yang mungkin
dapat dijadikan peluang usaha dan sarana berkumpul antar masyarakat.
Beras analog bisa dihasilkan dari
perpaduan dari beberapa jenis makanan yang diolah dan disatupadukan menjadi
pangan yang mempunyai manfaat yang luar biasa. Sebagai contoh salah satu produk
analog yang ada di kebumen yang dihasilkan dari orang asli kebumen yaitu beras
analog “beras mutiara” yang di ciptakan dari KWT Mutiara Baru Desa Plumbon Kecamatan
Karangsambung.
Beras Analog “Beras Mutiara” merupakan
sebuah produk yang dihasilkan dari Kelompok Wanita Tani dari Plumbon yang
dimana memadukan antara Pangan pokok jagung dan pangan pokok ubi yang disatukan
menjadi Beras yang bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat, beras yang layak
konsumsi, beras yang aman bagi masyarakat, aman bagi semua orang yang mempunyai
penyakit berbahaya. Beras analog ini merupakan beras yang aman bagi penedrita
gula karena beras ini rendah kadar gula, tidak seperti nasi yang berasal dari
padi yang dimana banyak mengandung gula sehingga tidak aman untuk dikonsumsi.
Beras mutiara ini memadukan tepung mocaf
(tepung singkong) 50% dan tepung jagung 50%. Tepung jagung yang digunakan bisa
yang berwarna putih atau yang berwarna kuning. Beras analog mutiara ini belum
di kenal banyak warga kebumen karena pemasarannya yang kurang. Selain itu beras
yang dihasilkan juga masih mempunyai rasa seperti oyek sehingga kurang diminati
warga kebumen.
Untuk itu perlu dilakukan tindak lanjut
untuk menarik minat masyarakat terhadap makanan tersebut dengan mengolahnya
menjadi makanan yang dapat diterima dan di minati oleh masyarakat. Salah satu
upaya yang bisa dilakukan dengan memperbaharui alat pembuatan beras analog
sehingga bentuk dan rasanya menyerupai beras dan dapat diterima oleh
masyarakat.
0 comments:
Post a Comment